×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Hosting Unlimited Indonesia

Iklan

Hosting Unlimited Indonesia

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Pertapaan Indrokilo Prigen Pasuruan Tak Pernah Sepi

| Maret 15, 2024 | 0 Views Last Updated 2024-03-15T11:46:23Z


Pasuruan - Laskar News, Meski sudah ada kabar meninggalnya pengunjung atau pertapa di pertapaan indrokilo, Minggu (10/3) malam, bukan pertama kali. Meski begitu, kawasan pertapaan setempat tetap ramai.

Lalu apa yang membuat pertapaan Indrokilo selalu ramai dikunjungi warga atau pertapa?

Indrokilo selama ini lebih dikenal sebagai tempat pertapaan. Tidak heran, tempat ini jadi jujukan warga yang ingin tirakat.

Lokasinya di lahan Perhutani. Berada di lereng Gunung Ringgit dengan ketinggian 1.424 meter di atas permukaan air laut (dpl). Masuk Dusun Talungnongko, Desa Dayurejo, Kecamatan Prigen.

Dengan lokasi itu, hawa di Indrokilo selalu sejuk. Pagi dan siang hari suhunya sekitar 21-25 derajat Celsius.
Sementara malam hari lebih dingin lagi, 17-19 derajat Celsius.

Tidak sekadar tempat pertapaan. Sejumlah candi bisa ditemui di Indrokilo. Ada Candi Satrio Panggung, Mintorogo, Celeng Srenggi, Mundi Sari, Panji Saputra, dan Dewi Suprobowati.

Juga terdapat banyak arca di sana. Termasuk petilasan Batu Kursi yang konon merupakan tempat Presiden RI Pertama Soekarno bertapa.

“Kami dan warga sekitar menyebutnya Pertapaan Indrokilo. Satu kawasan di dalamnya banyak terdapat candi, petilasan dan juga arca,” ungkap Rasid, juru pelihara sekaligus ketua Pokdarwis Panji Laras Dayurejo.

Indrokilo sendiri dipercaya tempat para dewa dan penggawa-penggawanya untuk bertapa. Mengheningkan cipta, menghadap Ilahi.

“Tidak bisa dibilang dari kerajaan mana. Cerita dari nenek moyang kami Indrokilo ini tempat pertapaan Betara Indra,” tuturnya.

Karena tempatnya sakral, masyarakat umum menjadikan tempat ini sebagai jujukan bertapa. Juga melakukan ritual, sekaligus ngalap berkah.

“Orang yang datang ke sini kebanyakan karena musibah. Ada juga yang karena ingin mencapai keinginan tertentu. Seperti untuk karir, keluarga, dan yang lain,” jelasnya.

Pengunjung yang datang berasal dari berbagai daerah, bahkan sampai luar Jawa. Umumnya mereka datang di hari Sabtu malam Minggu. Tempat ini makin ramai di hari Kamis Kliwon malam Jumat Legi, dan malam Satu Suro. Bahkan, seringkali pejabat berdatangan ke lokasi itu.

“Paling sering pengunjungnya dari sekitaran Pasuruan, Malang, dan Jogjakarta. Paling banyak dari Bali. Pengunjung semuanya yang datang rata-rata menginap, paling lama tiga hari. Di sini mereka bertapa dan ngalap berkah,” imbuhnya.

Perjalanan ke Indrokilo, dari perkampungan warga di Dusun Talungnongko sekitar 3,8 kilometer. Satu kilometer melewati jalan setapak dengan permukaan plester atau cor. sisanya 2,8 kilometer makadam atau masih berupa tanah padat.

“Pegunjung ke Indrokilo diwajibkan membawa bekal air minum sendiri. Sebab, di atas tidak ada sumber mata air,” ucap Rasid.

Umumnya, pengunjung ke Indrokilo jalan kaki. Ada juga yang naik ojek atau naik kuda tunggang. Namun, jasa yang harus dibayar cukup mahal. Sekitar Rp 350 ribu sekali jalan.

Di Indrokilo, pengunjung bermalam di pondokan sederhana berupa bangunan semipermanen. Sekaligus juga sebagai tempat berteduh.

“Ada pantangan perjalanan ke Indrokilo, di antaranya tidak boleh mengeluh capek, dilarang bicara kotor, dilarang meminta yang bertujuan buruk. Makhluk astralnya banyak sekali,” ujarnya.

Mulai 2017, pertapaan Indrokilo dikelola Pokdarwis Panji Laras, Desa Dayurejo. Namun, dalam pengelolaannya, tetap di bawah naungan BPCB Jatim.

18 Tahun, Ada 11 Pengunjung Meninggal

Rasid, yang juga ketua Pokdarwis Panji Laras, Desa Dayurejo, Kecamatan Prigen, mengatakan, selama 18 tahun terakhir atau sejak 2006, sudah ada 11 pengunjung atau petapa yang meninggal. 

“Dari 11 orang tersebut, ada empat orang yang meninggalnya di lokasi pertapaan Indrokilo. Termasuk yang terakhir asal Surabaya ini,” terang Rasid yang tinggal di Dusun Talunongko.

Tujuh orang lainnya, meninggal dalam perjalanan menuju ke Indrokilo. Semuanya berjenis kelamin laki-laki dengan usia sekitar 40-60 tahun. 

Mereka berasal dari beberapa daerah. Mulai Sidoarjo, Surabaya, Malang dan daerah lain. 

“Rata-rata yang meninggal ini karena sakitnya kambuh atau sedang sakit dan tidak fit, tapi dipaksakan berangkat. Akhirnya berakibat fatal,” ungkapnya.

Memang, ada banyak orang yang berkunjung ke Pertapaan Indrokilo. Sehari bisa belasan, seminggu bisa puluhan dan dalam sebulan bisa sampai ratusan orang.

Peninggalan Kerajaan Majapahit Akhir

Pemerhati Sejarah dan Budaya Teguh Hariawan asal Prigen mengatakan, Indrokilo merupakan kawasan cagar budaya peninggalan era Kerajaan Majapahit akhir. Tempat ini dulu juga jadi tempat Bung Karno atau Soerkano, presiden pertama RI untuk mencari inspirasi.

Seluruh candi dan arca di Indrokilo juga termasuk cagar budaya. Candi di Indrokilo termasuk bertipe punden berundak.

“Candi model demikian ini muncul di masa Majapahit akhir. Sebagai salah satu cara pemujaan kepada roh leluhur yang diyakini bersemayam di puncak-puncak gunung,” jelasnya. (rofid)
×
Berita Terbaru Update