Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Hosting Unlimited Indonesia

Iklan

Hosting Unlimited Indonesia

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Cerita Rakyat Terkait Penamaan dan Arti Wonokromo Surabaya

| September 27, 2024 | 0 Views Last Updated 2024-09-27T09:30:20Z


Surabaya - Laskar News, Berdasarkan cerita tutur, Wonokromo mendapatkan namanya dari Pangeran Situbondo yang ditinggal kawin atau menikah oleh Raden Ayu Probowati. Sejarawan sendiri menyebut arti dari Wonokromo mempunyai banyak tafsir.

Dari cerita rakyat, Wonokromo mempunyai arti Wana/Wono = hutan dan Krama/Kromo = pernikahan. Sejarawan Komunitas Begandring Soerabaia Kuncarsono Prasetyo menyebut bahwa Kromo di sini adalah keramat sehingga Wonokromo mempunyai arti hutan keramat.

"Kalau kemudian area perkawinan, juga tidak bisa dimaknai kawin di hutan atau bagaimana. Ada banyak tafsiran, maknanya tetapi Hutan Keramat. Sampai sekarang masih belum ada riset tentang data penamaan Wonokromo. Apa artinya masih belum ada," kata Kuncar saat dihubungi awak media, Selasa, (27/9/2024).

Kuncar mengatakan menurut data peta 1717, Wonokromo masih bernama Wanacrama. Kuncar kembali menegaskan bahwa nama Wana memang memiliki arti hutan, namun kata Crama belum memiliki arti yang pasti.

Kuncar menambahkan ada tafsir yang mengatakan bahwa di Sungai Jagir Wonokromo ada pohon yang bercabang menyilang di seberang sungai sehingga terlihat seperti kawin. Akan tetapi, nama Wonokromo itu muncul jauh sebelum pohon bercabang menyilang itu ada.

"Nama Wonokromo muncul jauh sebelum ada kejadian (pohon bercabang terlihat kawin) itu, dan sampai kini belum ada risetnya, sehingga belum tahu. Tapi kata dasarnya Wonokromo itu ya hutan keramat," tegas Kuncar.

Saat ditanya mengenai cerita Pangeran Situbondo yang melakukan babad alas di Kampung Wonokromo yang pada akhirnya Raden Ayu Probowati menikah, Kuncar menjelaskan bahwa itu murni cerita dongeng dan tidak ada kaitannya dengan nilai-nilai sejarah.

"Itu murni cerita dongeng, bukan fakta. Karena itu cerita ludruk terkait dengan patung Jokodolog kemudian ada Kutisari, itu murni 100 persen dongeng. Ada juga Wonokitri yang masuk cerita dongeng," terangnya.

Kuncar sendiri tidak mempermasalahkan adanya cerita dongeng tersebut karena itu berkaitan dengan seni. Sebab, banyak kisah di Surabaya yang dijadikan materi untuk pertunjukan ludruk.

"Banyak kampung di Surabaya yang dipakai materi untuk ludruk. Jadi cerita rakyat, tapi bukan peristiwa sesungguhnya. Karena dasarnya bukan catatan, nggak logis, nggak realistis. Tidak ada data primernya, tetapi itu sudah tren menjadi cerita pertunjukan sejak awal abad ke-20. Akhirnya dijadikan pertunjukan, jadi bukan sebuah fakta," pungkas Kuncar.




Reporter : Mukarrom
Editor      : Eko SH
Sumber   : detikjatim
×
Berita Terbaru Update