Sumenep - Laskar News, Pesona pulau Sumenep tak hanya terpaku pada gemerlap keraton dan kekayaan budaya yang memikat.
Bagi para penganut Nahdlatul Ulama (NU), terdapat suatu daya tarik spiritual yang mempesona, di balik samudera yang memeluk pulau ini.
Di antara gemerlapnya wisata religi di pulau ini, terdapat sebuah misteri yang terpatri dalam makam Sayyid Yusuf Talango.
Seorang ulama yang namanya tersimpan rapat, bahkan dari pengetahuan Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat, sang raja yang memerintah Sumenep pada abad ke-18.
Terletak di Pulau Talango, sekitar 11 kilometer dari jantung Kota Sumenep, perjalanan menuju makam ini menuntut perahu melintasi lautan biru yang disediakan oleh ombak Madura.
Legenda makam Sayyid Yusuf Talango bermula pada tahun 1791 Masehi, saat Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat kembali dari perjalanan syiar Islam di Bali.
Saat beristirahat di pelabuhan Kalianget, beliau dikejutkan oleh pancaran cahaya yang membelah malam di sebelah timur pelabuhan.
Dorongan rasa ingin tahu membawa sang raja menelusuri asal muasal cahaya tersebut hingga ke suatu tempat tersembunyi di balik dedaunan lebat.
Di sana, terkuaklah sebuah kuburan yang diduga sebagai tempat persemayaman seorang wali.
Ketika Sri Sultan memberi salam, ia didapati dengan jawaban yang samar-samar, tanpa sosok yang jelas.
Namun, do'anya terjawab ketika sehelai daun sukun jatuh di pangkuannya, mengungkapkan nama sejati almarhum, "Hadza Maulana Sayyid Yusuf bin Ali bin Abdullah Al-Hasani".
Yang mengejutkan, di sekitar kuburan tersebut tak terdapat pohon sukun, membingungkan keterangan Ustad Umar Faruq, salah satu pengurus makam.
Sri Sultan memutuskan untuk menandai makam dengan nama yang tertera pada daun sukun itu, sementara tongkat yang ditanamnya tumbuh menjadi pohon besar yang merindang, masih tegak berdiri hingga kini, seperti yang diungkapkan oleh Habib Hasan, keturunan Sri Sultan.
Rencana pembangunan cungkup di atas makam terhenti ketika Sri Sultan kembali setahun berikutnya dan menemukan kuburan itu telah bergeser ke sebelah barat, seolah menolak tawaran itu.
Meski demikian, ia membangun pendopo di sekitar kuburan serta sebuah sumur untuk keperluan bersuci dan beristirahat para peziarah, sementara sebuah masjid bernama Masjid Jami' Talango juga didirikan sebagai pusat pengembangan agama Islam di pulau tersebut, sebagaimana dijelaskan oleh Ustad Ediyanto, pengajar di lembaga pendidikan di pulau itu.
Lembaga pendidikan yang dimaksud adalah Yayasan Asta Sayyid Yusuf, didirikan pada tahun 1986, yang memberikan pendidikan formal berbasis Islam seperti MI, MTs, dan MA dengan tujuan membantu masyarakat kurang mampu di pulau itu.(red)