Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Hosting Unlimited Indonesia

Iklan

Hosting Unlimited Indonesia

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Silaturahmi Ulama, Umara, dan Warisan Pusaka Leluhur

| Juli 23, 2025 | 0 Views Last Updated 2025-07-24T12:09:12Z



Malang -- LaskarNews.com -- Dengan mengendarai mobil tua Honda Jazz berwarna abu-abu, Cak Nur bersama Tuan Guru Wahbi melaju perlahan menuju kediaman KH. Yusuf Abdurrahman di Kebonsari. Mereka memenuhi undangan untuk menghadiri acara makan-makan dan masak-masak sederhana di Majelis Ta’lim Darul Hikmah Nawawi.

Kebetulan, pada hari itu, sahabat lama Kiai Yusuf yang berpangkat kolonel dijadwalkan bersilaturahmi ke sana. Seusai mengajar di kelas, Cak Nur dan Tuan Guru pun langsung berangkat.

Setibanya di lokasi, suasana telah ramai. Beberapa mobil Fortuner dan Innova berpelat dinas TNI terparkir rapi di halaman. Hadir pula para habaib dan sejumlah kiai. Suasana keakraban terasa hangat. Kiai Yusuf menyebut pertemuan malam itu sebagai silaturahmi ulama dan umara—mempersatukan tokoh agama dan aparat negara dalam satu majelis demi kokohnya NKRI.

Meskipun pertemuan tersebut berlangsung singkat, kesannya begitu mendalam. Seperti biasanya, dalam setiap majelis yang beliau adakan atau hadiri, Kiai Yusuf selalu menyelipkan tabarukan berupa pembacaan warisan ulama salaf, termasuk kutipan dari kitab-kitab turats.

Karena malam itu dihadiri tamu dari unsur militer, Cak Nur mendapat giliran membacakan kutipan tentang pusaka atau biasa disebut dengan benda bertuah serta kisah para sahabat Nabi yang membela Rasulullah ﷺ dengan jiwa dan raga. Salah satu yang disampaikan adalah kisah heroik dalam Perang Badar—perang pertama dalam sejarah Islam yang melibatkan kontak fisik dan senjata secara langsung.


Kisah Az-Zubair dan Tombak Warisan

‎عَنِ الزُّبَيْرِ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ – قَالَ: لَقِيتُ يَوْمَ بَدْرٍ عُبَيْدَةَ بْنَ سَعِيدِ بْنِ الْعَاصِ، وَهُوَ مُدَجَّجٌ لَا يُرَى مِنْهُ إِلَّا عَيْنَاهُ، وَهُوَ يُكْنَى أَبُو ذَاتِ الْكَرِشِ، فَقَالَ: أَنَا أَبُو ذَاتِ الْكَرِشِ. فَحَمَلْتُ عَلَيْهِ بِالْعَنَزَةِ، فَطَعَنْتُهُ فِي عَيْنِهِ فَمَاتَ… (مختصر صحيح البخاري: التجريد الصريح)

Dari az-Zubair – raḍiyallāhu ‘anhu – ia bercerita bahwa pada hari Perang Badar, ia berhadapan dengan ‘Ubaydah bin Sa‘id bin al-‘Āṣ yang mengenakan perlengkapan perang lengkap. Tubuhnya tertutup rapat oleh senjata, sehingga hanya kedua matanya yang terlihat.

‘Ubaydah dikenal dengan julukan “Abū Dzāt al-Karsh”, sebuah istilah yang biasa digunakan untuk menyebut hewan-hewan berkuku lebar dan pemamah biak.

Dalam pertempuran itu, ‘Ubaydah menyombongkan diri: “Akulah Abū Dzāt al-Karsh.” Az-Zubair lalu menyerangnya dengan tombak kecil (‘anzah) dan berhasil menusuk matanya hingga tewas.

Ia kemudian berkata, “Aku menginjak tubuhnya dan berusaha mencabut tombakku dengan sekuat tenaga, karena ujungnya telah bengkok.”

Rasulullah ﷺ kemudian meminta tombak itu dari az-Zubair, dan beliau pun memberikannya. Ketika Rasulullah ﷺ wafat, az-Zubair mengambil kembali tombak itu karena sebelumnya hanya ia pinjamkan kepada Nabi.

Setelah itu, Abu Bakar – raḍiyallāhu ‘anhu – meminjam tombak itu dan diberikan oleh az-Zubair. Ketika Abu Bakar wafat, Umar – raḍiyallāhu ‘anhu – pun meminjamnya, dan diberikan lagi oleh az-Zubair.

Setelah Umar wafat, az-Zubair kembali mengambil tombak itu. Lalu Utsman meminjamnya, dan az-Zubair memberikannya lagi.

Ketika Utsman terbunuh, tombak tersebut berada di tangan keluarga ‘Ali KarramaAllahu wajhahu.

Setelah wafatnya ‘Ali, tombak itu berpindah ke tangan anak-anaknya.

Kemudian ‘Abdullāh bin az-Zubair memintanya dari anak-anak ‘Ali, dan tombak itu pun berada di tangannya hingga ia wafat.

Makna Simbolik Pusaka: Warisan Semangat Juang

Mungkin dari hadis ini tersirat hikmah mengapa sebagian ulama atau jenderal di masa lalu kerap menyimpan senjata atau pusaka. Ia bukan sekadar benda peninggalan, tetapi simbol semangat juang yang diwariskan lintas generasi. Menyimpan pusaka bukanlah perkara duniawi semata, melainkan bentuk simbolik dalam menyalakan semangat demi perjuangan dan membela kebenaran.


Pertanyaan: Bolehkah Meyakini Pusaka Bertuah ?

Sesi diskusi malam itu menyentuh ranah teologis: Bagaimana hukum meyakini bahwa pusaka memiliki tuah atau pengaruh ?

Jawaban para guru yang hadir dapat disarikan sebagai berikut:

1. Keyakinan yang Mengarah kepada Kekufuran (Ijma’ Ulama)

Jika seseorang meyakini bahwa benda-benda seperti api, senjata, atau makanan memiliki pengaruh mandiri tanpa keterlibatan Allah, maka ia telah jatuh dalam kekufuran, berdasarkan ijma’ ulama.

2. Kekeliruan Akidah

Jika seseorang mengakui bahwa hanya Allah yang memberi pengaruh, namun meyakini bahwa hubungan sebab-akibat bersifat tetap dan pasti, maka ia keliru dalam akidah. Keyakinan seperti ini bisa membuka pintu pengingkaran terhadap mukjizat dan hal-hal luar biasa.

3. Keyakinan yang Selamat

Yang benar adalah meyakini bahwa segala sesuatu terjadi karena kehendak Allah, dan hubungan sebab-akibat hanyalah kebiasaan (sunnatullah) yang bisa berubah kapan saja sesuai kehendak-Nya.



Penutup Acara dan Doa Bersama

Setelah sesi tanya jawab yang hangat, acara ditutup dengan makan bersama. Menu utama malam itu adalah tengkleng, hasil masakan langsung dari Kolonel Endi. Rasanya luar biasa, membuat semua yang hadir menikmatinya dengan penuh kebahagiaan.

Semoga pertemuan malam itu menjadi pertemuan yang penuh keberkahan. Semoga Allah melimpahkan ilmu yang bermanfaat, kesehatan, dan umur panjang kepada semua yang hadir. Aamiin.


Daftar Habaib dan Kiai yang Hadir
1. Habib Zainal Abidin Bilfaqih
2. Habib Hamid Mauladawilah
3. Habib Anis Alhaddad
4. Gus Zain Badruddin – Pondok Pesantren An-Nur II Al-Murtadlo
5. Dr. KH. Badruddin – UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
6. Tuan Guru Wahbi – Bangil
7. Prof. KH. Agus – Universitas Merdeka Malang
8. Dr. KH. Gus Ali Abror – Pondok Pesantren Asy-Syafi’iyah
9. KH. Nursalim – MUI Kota Malang
10. KH. Rifai – Pondok Pesantren Darul Istiqomah
11. Ustadz Mahrus – Universitas Islam Raden Rahmat (UNIRA)
12. Gus Fuad – Pondok Pesantren Miftahul Huda
13. Prof. Dr. Samsul Hadi
14. KH. Athok – Pondok Pesantren Manbaul Huda
15. Gus Usmawan – Pondok Pesantren Darul Karomah
16. Ustadz Imam Mukti – MWC Nahdlatul Ulama
17. Ustadz Amir Hamzah – Pondok Pesantren Darut Tauhid


Pejabat yang Hadir
• Kolonel Endi Ansori
•   Kolonel Paham
   •   Dandim Kota Malang
   •   Dandim Kabupaten Malang
   •   Danramil Sukun
   •   Babinsa Kebonsari

( Gus Zein Badr ) (G  S )
×
Berita Terbaru Update